Penjelasan Ustadz Tengku Zulkarnain Seputar Pengobatan Ala Nabi Muhammad Saw
Pengobatan alternatif banyak bermunculan di masyarakat, tak terkecuali pengobatan yang berakar dari budaya Islam. Namun, metode dan cara yang dipakai antara pengobatan yang satu dengan yang lain sering kali berbeda. Karena itu, di masyarakat sering ada pertanyaan menyerupai apakah pengobatan yang sesuai berdasarkan agama Islam ? Apa dan bagaimana metode dan cara pengobatan yang sesuai serta disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW ?
Terkait hal ini, wakil Sekretaris Jenderal MUI Ustadz Tengku Zulkarnain menjelaskan seputar pengobatan ala Nabi Muhammad SAW. Berikut poin-poinnya :
#1. Pengobatan apa pun itu bentuknya baik dari ilmu tabib Cina, Arab, rukyah, maupun modern diperbolehkan asalkan meyakini kesembuhan berasal dari Allah SWT.
Sedangkan obat, teknik pengobatan, ataupun orang yang mengobati merupakan mediator saja. “Jika seseorang meyakini kesembuhan bukan selain Allah SWT maka dianggap syirik,” ujarnya.
#2. Agar umat tetap berhati-hati menentukan pengobatan. Masyarakat diimbau tidak lantas percaya dengan iming-iming sembuh seketika. Menurut Ustadz Tengku Zulkarnain, itu merupakan kebohongan besar jikalau ada pengobatan yang eksklusif menjamin kesembuhan sehabis berobat. “Kesembuhan merupakan hak Allah SWT.”
Begitu juga dengan pengobatan alternatif dengan memindahkan penyakit. Dalam pengobatan Rasul bahkan semenjak Nabi Adam tidak pernah ditemui pengobatan memindahkan penyakit ke hewan, tumbuhan, maupun benda-benda lain. “Pengobatan tersebut merupakan kebohongan besar,” kata ustadz yang juga hebat thibbun nabawi ini.
#3. Selain itu, orang yang mengobati juga harus berjiwa sosial. Niatnya harus ikhlas mengobati bukan mencari keuntungan. “Apalagi, hingga menagih biaya hingga puluhan juta,” ujar ustadz kelahiran Medan Sumatera Utara tersebut.
#4. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan banyak ilmu kesehatan dan pengobatan. Tengku menjelaskan, umumnya penyakit bersumber dari perut sehingga kita harus menjaga kondisi lambung.
Lambung harus diisi seimbang antara makanan, air, dan udara. Satu saja tidak seimbang, niscaya akan mengakibatkan persoalan hingga terjangkit penyakit. “Makanan jatahnya hanya sepertiga dari ruang lambung, sesuai kaidah Rasulullah,” katanya.
#5. Rasulullah dalam menjaga kesehatan juga dengan menjaga makanannya.
“Tidak pernah Rasul memakan kuliner dengan menggabungkan karbohidrat dan protein hewani,” ujar Ustadz yang mempunyai follower Twitter lebih dari 43.9 ribu itu (@ustadtengkuzul).
Rasul juga berdiet dengan tidak pernah makan bersamaan daging dan susu. Jika Rasul memakan daging maka tidak minum susu begitu juga sebaliknya.
#6. Selain itu, Rasul juga mengajarkan konsumsi madu untuk mengobati diare. Selain madu, obat yang dipakai rasul ialah habatussaudah. Habatussaudah merupakan lada hitam yang rasanya pahit untuk mengobati segala jenis penyakit yang ketika ini telah kembali populer.
#7. Tepung talbinah juga menjadi salah satu obat pada zaman Rasulullah. Tepung yang kembali popular ini berwarna merah keunguan dan sering dibentuk bubur.
Siti Aisyah, kata Ustadz Tengku, selalu memasak tepung tersebut, terutama ketika ada maut yang terjadi di rumahnya. Tepung talbinah sanggup mengobati penyakit liver dan membantu dalam mengurangi kesedihan. Saat ini, tepung itu masih sanggup ditemukan di Afrika.
#8. Terkait bumbu makanan, Rasulullah men-sunahkan menyediakan garam mentah pendamping makanan. Karena, garam yang dicampurkan dalam kuliner yang dimasak kandungan yodiumnya akan hilang.
#9. Ustadz Tengku menjelaskan bahwa Rasulullah pun melarang umat untuk menahan buang air kecil alasannya ialah sanggup menganggu kinerja ginjal. Untuk itu, hukum terminal buang air kecil gotong royong telah dibuat.
“Saat kita berwudhu, biasanya kita akan masuk ke kamar mandi. Waktu-waktu berwudhu merupakan waktu yang telah diatur sebagai terminal buang air kecil,” ujar ustadz yang pernah mengenyam pendidikan di Sastra Inggris USU itu.
#10. Selain itu, ada pengobatan yang disunahkan ketika telah terkena penyakit. Berbekam merupakan teknik pengobatan dengan menyedot darah beku untuk melancarkan anutan darah.
Teknik bekam ini gotong royong telah ada semenjak zaman Nabi Ayub. Dahulu pengobatan dengan menyedot darah beku, yakni dengan sengatan lebah dan hisapan lintah.
#11. Pada zaman Rasul juga mengenal rukyah, pengobatan Nabi dengan cara membaca al-Fatihah di depan air dan disiramkan kepada orang yang sakit.
Rukyah ini juga sanggup dilakukan dengan membaca al-Fatihah serta mencampur tanah dan air liur dan dioleskan pada pecahan yang sakit.
Tentang pengobatan modern
Ustadz Tengku Zulkarnain mengatakan, pengobatan modern boleh dipakai dan tidak masalah. Rasulullah pun tidak menolak cara-cara modern.
Pengobatan modern diperbolehkan asalkan terang garis halal dan haramnya. Seperti Rasul yang ditawari pengobatan dengan memakan hati kodok, tetapi menolaknya alasannya ialah memakan kodok merupakan hal yang haram.
Begitu juga dengan pengobatan insulin untuk penyakit diabetes. Insulin diperbolehkan asalkan bersumber dari insulin sapi, bukan insulin dari binatang yang haram menyerupai babi. (Republika)
#1. Pengobatan apa pun itu bentuknya baik dari ilmu tabib Cina, Arab, rukyah, maupun modern diperbolehkan asalkan meyakini kesembuhan berasal dari Allah SWT.
Sedangkan obat, teknik pengobatan, ataupun orang yang mengobati merupakan mediator saja. “Jika seseorang meyakini kesembuhan bukan selain Allah SWT maka dianggap syirik,” ujarnya.
#2. Agar umat tetap berhati-hati menentukan pengobatan. Masyarakat diimbau tidak lantas percaya dengan iming-iming sembuh seketika. Menurut Ustadz Tengku Zulkarnain, itu merupakan kebohongan besar jikalau ada pengobatan yang eksklusif menjamin kesembuhan sehabis berobat. “Kesembuhan merupakan hak Allah SWT.”
Begitu juga dengan pengobatan alternatif dengan memindahkan penyakit. Dalam pengobatan Rasul bahkan semenjak Nabi Adam tidak pernah ditemui pengobatan memindahkan penyakit ke hewan, tumbuhan, maupun benda-benda lain. “Pengobatan tersebut merupakan kebohongan besar,” kata ustadz yang juga hebat thibbun nabawi ini.
#3. Selain itu, orang yang mengobati juga harus berjiwa sosial. Niatnya harus ikhlas mengobati bukan mencari keuntungan. “Apalagi, hingga menagih biaya hingga puluhan juta,” ujar ustadz kelahiran Medan Sumatera Utara tersebut.
#4. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan banyak ilmu kesehatan dan pengobatan. Tengku menjelaskan, umumnya penyakit bersumber dari perut sehingga kita harus menjaga kondisi lambung.
Lambung harus diisi seimbang antara makanan, air, dan udara. Satu saja tidak seimbang, niscaya akan mengakibatkan persoalan hingga terjangkit penyakit. “Makanan jatahnya hanya sepertiga dari ruang lambung, sesuai kaidah Rasulullah,” katanya.
#5. Rasulullah dalam menjaga kesehatan juga dengan menjaga makanannya.
“Tidak pernah Rasul memakan kuliner dengan menggabungkan karbohidrat dan protein hewani,” ujar Ustadz yang mempunyai follower Twitter lebih dari 43.9 ribu itu (@ustadtengkuzul).
Rasul juga berdiet dengan tidak pernah makan bersamaan daging dan susu. Jika Rasul memakan daging maka tidak minum susu begitu juga sebaliknya.
#6. Selain itu, Rasul juga mengajarkan konsumsi madu untuk mengobati diare. Selain madu, obat yang dipakai rasul ialah habatussaudah. Habatussaudah merupakan lada hitam yang rasanya pahit untuk mengobati segala jenis penyakit yang ketika ini telah kembali populer.
#7. Tepung talbinah juga menjadi salah satu obat pada zaman Rasulullah. Tepung yang kembali popular ini berwarna merah keunguan dan sering dibentuk bubur.
Siti Aisyah, kata Ustadz Tengku, selalu memasak tepung tersebut, terutama ketika ada maut yang terjadi di rumahnya. Tepung talbinah sanggup mengobati penyakit liver dan membantu dalam mengurangi kesedihan. Saat ini, tepung itu masih sanggup ditemukan di Afrika.
#8. Terkait bumbu makanan, Rasulullah men-sunahkan menyediakan garam mentah pendamping makanan. Karena, garam yang dicampurkan dalam kuliner yang dimasak kandungan yodiumnya akan hilang.
#9. Ustadz Tengku menjelaskan bahwa Rasulullah pun melarang umat untuk menahan buang air kecil alasannya ialah sanggup menganggu kinerja ginjal. Untuk itu, hukum terminal buang air kecil gotong royong telah dibuat.
“Saat kita berwudhu, biasanya kita akan masuk ke kamar mandi. Waktu-waktu berwudhu merupakan waktu yang telah diatur sebagai terminal buang air kecil,” ujar ustadz yang pernah mengenyam pendidikan di Sastra Inggris USU itu.
#10. Selain itu, ada pengobatan yang disunahkan ketika telah terkena penyakit. Berbekam merupakan teknik pengobatan dengan menyedot darah beku untuk melancarkan anutan darah.
Teknik bekam ini gotong royong telah ada semenjak zaman Nabi Ayub. Dahulu pengobatan dengan menyedot darah beku, yakni dengan sengatan lebah dan hisapan lintah.
#11. Pada zaman Rasul juga mengenal rukyah, pengobatan Nabi dengan cara membaca al-Fatihah di depan air dan disiramkan kepada orang yang sakit.
Rukyah ini juga sanggup dilakukan dengan membaca al-Fatihah serta mencampur tanah dan air liur dan dioleskan pada pecahan yang sakit.
Tentang pengobatan modern
Ustadz Tengku Zulkarnain mengatakan, pengobatan modern boleh dipakai dan tidak masalah. Rasulullah pun tidak menolak cara-cara modern.
Pengobatan modern diperbolehkan asalkan terang garis halal dan haramnya. Seperti Rasul yang ditawari pengobatan dengan memakan hati kodok, tetapi menolaknya alasannya ialah memakan kodok merupakan hal yang haram.
Begitu juga dengan pengobatan insulin untuk penyakit diabetes. Insulin diperbolehkan asalkan bersumber dari insulin sapi, bukan insulin dari binatang yang haram menyerupai babi. (Republika)
0 Response to "Penjelasan Ustadz Tengku Zulkarnain Seputar Pengobatan Ala Nabi Muhammad Saw"
Posting Komentar